Notification

×

Iklan

Iklan

Penderita Asam Lambung dan Gula: Kapan Boleh, Kapan Tidak?

2025-11-20 | 02:10 WIB | 0 Dibaca Last Updated 2025-11-20T00:53:32Z
Ruang Iklan

Penderita Asam Lambung dan Gula: Kapan Boleh, Kapan Tidak?

Bagi penderita asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), pertanyaan seputar konsumsi gula seringkali menimbulkan kebingungan. Faktanya, gula dalam bentuknya yang paling murni tidak secara langsung memicu kenaikan asam lambung. Namun, masalah timbul ketika gula tersebut dikombinasikan dengan bahan-bahan pemicu lain atau dikonsumsi secara berlebihan.

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, makanan manis yang telah diolah seperti cokelat atau permen peppermint memang dapat menyebabkan asam lambung naik. Cokelat, misalnya, mengandung bubuk kakao yang bersifat asam dan bisa merelaksasi katup sfingter, otot berbentuk cincin di bagian bawah kerongkongan yang seharusnya mencegah isi lambung naik. Ketika sfingter melemah, isi lambung dapat kembali ke kerongkongan, menimbulkan gejala GERD seperti sensasi terbakar di dada (heartburn) dan nyeri ulu hati. Selain cokelat dan peppermint, minuman bersoda dan teh juga dapat memicu gejala asam lambung. Minuman bersoda dapat meningkatkan produksi asam lambung, sementara teh mengandung kafein yang bisa melonggarkan sfingter. Makanan manis lain yang perlu diwaspadai adalah yang mengandung asam sitrat (dalam buah sitrus), serta makanan pedas dan berlemak.

Dampak Konsumsi Gula Berlebihan

Konsumsi gula berlebihan tidak hanya terkait dengan pemicu langsung, tetapi juga meningkatkan risiko obesitas. Kelebihan berat badan, terutama lemak ekstra di sekitar perut, dapat menekan lambung dan mendorong cairan lambung naik ke kerongkongan, serta melemahkan sfingter esofagus. Studi menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat membantu mengurangi gejala penyakit asam lambung. Gula juga dapat meningkatkan jumlah kalori secara signifikan, sehingga pembatasan asupannya penting untuk menjaga berat badan yang sehat dan stabilitas lambung. Anjuran konsumsi gula per hari yang disarankan Kementerian Kesehatan adalah tidak lebih dari 50 gram atau sekitar 4 sendok makan. Sementara sumber lain merekomendasikan tidak lebih dari 30 gram (7 sendok teh) per hari untuk orang dewasa.

Gula Merah dan Alternatif Pemanis Lain

Gula merah atau gula aren sering disebut-sebut memiliki manfaat bagi penderita asam lambung. Beberapa ahli menyatakan gula merah memiliki sifat basa yang dapat membantu menetralkan kelebihan asam di lambung dan mengurangi peradangan. Gula merah juga mengandung serat alami yang dapat memperbaiki proses pencernaan, membantu makanan lebih mudah diolah, dan mengurangi risiko asam lambung naik. Kandungan antioksidan pada gula merah juga disebut dapat mengurangi peradangan di lambung, sementara kandungan magnesiumnya membantu meningkatkan kekuatan usus. Namun, perlu diingat bahwa konsumsi gula merah tetap harus dalam batas wajar. Ada pula pandangan yang menyebutkan bahwa secara umum, gula aren tidak diperuntukkan bagi penderita asam lambung, maag, atau diabetes.

Sebagai alternatif yang lebih aman, penderita asam lambung dapat memilih pemanis alami seperti madu murni, selai murni, atau sirup maple dalam jumlah kecil. Buah-buahan segar yang mengandung gula alami disertai serat, vitamin, dan mineral juga merupakan pilihan yang lebih sehat.

Pola Makan yang Dianjurkan

Secara umum, modifikasi pola makan sangat efektif dalam membantu penderita GERD mengurangi kambuhnya gejala. Dianjurkan untuk makan porsi kecil namun sering (3-4 jam sekali), mengunyah makanan secara perlahan hingga lumat, serta memperbanyak asupan makanan dan minuman yang mengandung serat larut dan lemak baik, seperti pisang, melon, pepaya, kentang, wortel, brokoli, dan ikan. Penting juga untuk membatasi makanan dan minuman yang sifatnya asam, pedas, mengandung banyak serat tak larut, lemak jahat, dan susu sapi. Selain itu, hindari langsung berbaring setelah makan dan pastikan minum air putih yang cukup.