
Fenomena harga makanan yang melonjak, khususnya pada hidangan populer seperti Nasi Kandar, kembali menjadi sorotan publik. Belakangan ini, sejumlah insiden terkait harga Nasi Kandar yang fantastis viral di media sosial, memicu perdebatan mengenai kewajaran harga dan transparansi di industri kuliner.
Salah satu kasus yang menarik perhatian adalah tagihan Nasi Kandar yang mencapai ratusan ribu Rupiah, bahkan hingga jutaan, untuk satu porsi. Pada bulan Januari 2024, sebuah unggahan di Facebook dari Nasi Kandar Sulaiman di George Town, Penang, menjadi viral setelah seorang pelanggan membayar RM218 (sekitar Rp713.000) untuk satu porsi Nasi Kandar. Hidangan tersebut mencakup 12 potong sotong dan 12 udang, beserta ayam, ikan, daging, domba, dan telur asin. Restoran tersebut menyatakan bahwa kejadian itu tidak direkayasa. Tak berhenti di situ, pada Agustus 2024, seorang influencer dan peninjau makanan kembali memecahkan rekor di Nasi Kandar Sulaiman dengan tagihan RM350 (sekitar Rp1,14 juta) yang mencakup 33 udang, 2 sotong, kepala ikan, ayam, dan berbagai lauk lainnya. Rekor terbaru tercatat pada September 2024, di mana seorang pria menghabiskan RM400 (sekitar Rp1,3 juta) untuk Nasi Kandar di restoran yang sama, dengan pesanan yang mencakup tiga porsi nasi putih, 10 sotong, 29 udang, 4 potong ikan, 2 ayam utuh, telur asin, bendi, dan 2 kepala ikan besar.
Meskipun kasus-kasus ini seringkali melibatkan jumlah lauk yang sangat banyak sehingga wajar jika harganya tinggi, kejadian serupa di masa lalu juga pernah menimbulkan kekhawatiran tentang "getok harga" atau penetapan harga yang tidak wajar. Misalnya, pada tahun 2015, Kayu Nasi Kandar diselidiki setelah adanya keluhan mengenai harga bendi (okra) seharga RM20 (sekitar Rp65.000) yang ternyata disebabkan oleh kesalahan input kasir, serta harga roti tisu sebesar RM11 (sekitar Rp36.000). Insiden-insiden ini menyoroti sensitivitas konsumen terhadap harga makanan dan pentingnya transparansi.
Di tengah maraknya diskusi tentang harga makanan yang kian melambung, banyak konsumen beralih mencari opsi kuliner yang menawarkan nilai lebih, salah satunya adalah restoran All You Can Eat (AYCE) dengan harga terjangkau. Konsep AYCE, di mana pengunjung dapat menyantap hidangan sepuasnya dengan satu harga, menjadi sangat populer di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Berbagai restoran AYCE kini menawarkan paket makan sepuasnya mulai dari Rp70.000-an hingga di bawah Rp100.000. Pilihan menu yang disuguhkan pun beragam, umumnya meliputi grill, barbeque (BBQ), hot pot, atau shabu-shabu, seringkali dilengkapi dengan makanan ringan, minuman, hingga hidangan penutup.
Beberapa rekomendasi restoran AYCE murah di Jakarta yang patut dicoba antara lain:
* Sogogi Shabu & Grill: Menawarkan daging premium dengan harga terjangkau.
Grill 99 Kios: Pengunjung bisa menikmati BBQ atau steamboat* saja mulai dari sekitar Rp70.000 per orang, atau keduanya seharga Rp85.000.
* Oh My Grill: Menyediakan menu spesial seharga Rp99.000 nett dan menu platinum seharga Rp109.000 nett.
Kitamura: Restoran shabu-shabu* ala Jepang ini memiliki menu Makushita (Australian Beef dan US Prime Beef) mulai dari Rp99.000++ dan Yokozuna (dengan tambahan wagyu) sekitar Rp129.000.
* Pochajjang: Menawarkan paket daging sapi premium mulai dari Rp109.000 dan wagyu sekitar Rp139.000 untuk 90 menit.
Oppa Galbi Max: Menyediakan pilihan hanya BBQ atau hanya shabu-shabu* mulai dari Rp99.000.
* Wangja Korean BBQ All You Can Eat Restaurant: Termasuk dalam daftar rekomendasi dengan harga di bawah Rp100.000.
* Bamboo Dimsum: Pilihan AYCE dimsum yang terjangkau.
* Babakaran Street: Menawarkan menu daging lembut sekitar Rp99.000, dengan harga spesial Rp75.000 untuk kunjungan antara pukul 11.00 – 15.00.
Fenomena ini menunjukkan pergeseran preferensi konsumen yang semakin cerdas dalam mencari pengalaman kuliner yang memuaskan tanpa harus menguras kantong, terutama di tengah perdebatan harga yang terus berkembang di berbagai jenis hidangan.