
Seorang wanita menyatakan kekesalannya setelah pesanan makanannya diletakkan oleh pengemudi ojek daring (ojol) di area parkiran mobil di lantai bawah tanah. Kejadian ini menjadi viral dan memicu beragam reaksi dari warganet. Alih-alih mendapatkan simpati, wanita tersebut justru banyak menerima kritik dari netizen atas sikapnya.
Insiden ini menambah daftar keluhan pelanggan terkait lokasi penempatan pesanan makanan oleh pengemudi ojol. Sebelumnya, juga ada keluhan dari pelanggan yang merasa tidak dihargai karena makanannya diletakkan begitu saja di lantai depan pintu. Dalam kasus tersebut, pelanggan merasa diperlakukan layaknya binatang karena pesanan diletakkan di area yang tidak semestinya, berdekatan dengan sandal dan sepatu. Pelanggan berpendapat bahwa pengemudi seharusnya menaruh pesanan di tempat yang lebih tinggi, seperti meja atau digantung di pagar, demi menjaga kesopanan dan kebersihan.
Peristiwa-peristiwa semacam ini menyoroti pentingnya komunikasi yang jelas antara pelanggan dan pengemudi, serta etika dalam layanan pesan-antar makanan. Meskipun pengemudi ojol seringkali menghadapi berbagai tantangan di lapangan, termasuk kendala parkir dan kondisi cuaca, ekspektasi pelanggan akan pelayanan yang baik tetap tinggi. Beberapa pengemudi bahkan pernah didenda besar karena parkir sebentar di lobi apartemen untuk mengantar makanan, terutama saat kondisi hujan dan khawatir pesanan rusak. Di sisi lain, pelanggan juga diharapkan untuk memahami kondisi pengemudi dan memberikan instruksi yang jelas serta realistis mengenai lokasi pengantaran.
Kasus penempatan makanan di parkiran ini memunculkan perdebatan mengenai tanggung jawab pengemudi dan ekspektasi pelanggan, serta peran warganet dalam menilai setiap insiden yang menjadi viral.